PEMBAHASAN:
- Sifat Alamiah
- Perfect & Imperfect
- Konsekuensi
- Deteksi Multikolinieritas
- Alternatif Solusi
A. SIFAT ALAMIAH
Misalkan regresi pengeluaran untuk konsumsi makanan keluarga pada pendapatan keluarga, tabungan, usia kepala keluarga. Variabel independen akan saling berkorelasi. Variabel independen juga berkorelasi dengan variabel sosial-ekonomi lain yang berpengaruh terhadap pengeluaran untuk konsumsi, misalkan ukuran keluarga → Terjadi Multikolinieritas (kolinieritas). Salah satu asumsi OLS adalah berkaitan dengan tidak adanya Multikolinieritas.
B. MULTIKOLINIERTITAS SEMPURNA
Ditemukan pertama kali oleh Ragnar Frisch (Institute of Economics, Oslo University). Pada awalnya, multikolinieritas berarti adanya hubungan yg linier sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel bebas dalam model regresi. Misalkan pada model regresi dengan k variabel bebas X1, X2, …, Xk (dimana X1 = 1), suatu hubungan linier yg sempurna dikatakan ada jika memenuhi kondisi:
Begitu pula dengan 𝜷𝟐 tidak dapat diestimasi. Ilustrasi multikolinieritas sempurna dengan mengasumsikan :
𝜷 ̂𝟏 laju perubahan rata-rata nilai Y seiring dengan berubahnya nilai 𝑿𝟏 dengan 𝑿𝟐 dianggap konstant.
Padahal 𝑿𝟐 akan berubah seiring dengan 𝑿𝟏 yang berubah pula dengan faktor λ.
Pandangan Ballentine dalam ringkasan sebuah gambar:
C. MULTIKOLINIERTITAS TIDAK SEMPURNA
Perkembangannya, multikolinieritas juga berarti adanya hubungan yg linier kuat tetapi tidak sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebas dalam model regresi. Misalkan pada model regresi dengan k variabel bebas X1, X2, …, Xk. (dimana X1 = 1), suatu hubungan linier yg kuat tapi tidak sempurna dikatakan ada jika memenuhi kondisi:
dimana vi adalah unsur kesalahan yg bersifat stokastik.
Misalkan kita ambil contoh persamaan berikut:
Misalkan kita ambil contoh persamaan berikut:
Begitu pula dengan 𝜷 ̂𝟐. Namun demikian tetap berkonsekuensi varian dan kovarian yang besar.
2. Varian dan kovarian yang besar dari estimator.
Misal 𝒓𝟏𝟐 = 0, 𝒓𝟏𝟐 = 0,5 , 𝒓𝟏𝟐 = 0,9, dan 𝒓𝟏𝟐 = 1, tbegitupun varian, se, dan covariannya.
3. Besarnya standard error berakibat, interval estimasi cenderung menjadi lebih lebar.
4. Uji t cenderung tidak signifikan.
semakin kecil dan kemungkinan lebih kecil dari pada t- tabel.
5.Estimator & standard error menjadi sensitif terhadap perubahan data
Multikolinieritas yg tinggi tapi tidak sempurna, estimator koefisien regresi bisa diperoleh, tapi estimator & standard error menjadi sensitif terhadap perubahan data.
Misalkan:
Estimasi tabel diatas, kemudian bandingkan signifikansi koefisien regresi, s.e., & R2 maka terjadi perubahan yang ekstrem.
6. 𝑹𝟐 (koefisien determinasi) tinggi namun tidak satupun variabel signifikan secara statistik
Pada multikolinieritas yg tinggi tapi tidak sempurna, bisa terjadi 𝑹𝟐 (koefisien determinasi) tinggi namun tidak satupun variabel signifikan secara statistik. Uji t tidak siginifikan tapi uji F secara meyakinkan signifikan. Perlu diingat hubungan 𝑭 dan 𝑹^𝟐 kaitannya dengan uji F.
D. PENDETEKSIAN MULTIKOLINIERITAS
1. Nilai 𝑹𝟐 tinggi sebagian Var. Independen Tidak Signifikan
Contoh 1:
Kemudian setelah kita estimasi dengan program eview, didapatkan ringkasan hasil regresi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil regresi tersebut, pendapatan positif (sesuai teori), kekayaan negatif (tidak sesuai teori), Uji t masing-masing variabel independen tidak signifikan, meskipun Uji F signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi mengandung masalah multikolinieritas.
2. Korelasi Parsial antar Variabel Independen
Contoh 2:
Hasil regresi:
Berdasarkan hasil regresi tersebut, semua tanda keofisien sesuai teori, uji t masing-masing variabel independen signifikan, begitupun Uji F signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat masalah multikolinieritas.
3. Regresi Auxiliary
Digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen X yang satu berhubungan dengan variabel X yang lain dengan cara melakukan regresi setiap variabel independen X dengan sisa variabel independen X yang lain.
Langkah-langkah:
1. Estimasi setiap var X dengan sisa var X yang lain
2. Pergunakan masing-masing nilai 𝑹𝟐 untuk mengitung F hitung
3. Kemudian bandingkan F hitung dengan F tabel dengan 𝛼 dan df tertentu
4. Kesimpulan :
F hitung > F tabel (mengandung unsur multikolinieritas
2. Pergunakan masing-masing nilai 𝑹𝟐 untuk mengitung F hitung
3. Kemudian bandingkan F hitung dengan F tabel dengan 𝛼 dan df tertentu
4. Kesimpulan :
F hitung > F tabel (mengandung unsur multikolinieritas
F hitung < F tabel (tidak mengandung unsur multikolinieritas)
Multikolinieritas terjadi jika nilai koefisien determinasi (𝑹𝟐) pada regresi Auxiliary > nilai koefisien determinasi (𝑹𝟐) regresi biasa. Dan sebaliknya jika < maka tidak terdapat multikolinieritas.
Pada contoh 3, nilai koefisien determinasi 𝑹𝟐 Auxiliary untuk masing masing X adalah
Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi 𝑹𝟐 regresi biasa = 0,6610 (didapatkan dari contoh 2) Karena semua 𝑹𝟐Auxiliary < 𝑹𝟐 regresi biasa, berarti dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas.
5. VIF dan TOL
Jika nilai VIF semakin besar (>10) maka diduga terdapat multikolinieritas. Dan sebaliknya jika kecil (<10) maka diduga tidak terdapat multikolinieritas.
Keterangan: 𝑹𝟐𝑗 = 𝑹𝟐 pada regresi Auxiliary
Sedangkan untuk nilai TOL jika menzdekati 1 maka diduga tidak terdapat multikolinieritas, dan jika mendekati 0 maka diduga terdapat multikolinieritas.
Berdasarkan 𝑹𝟐 pada regresi Auxiliary (contoh 3), maka VIF dapat dicari dengan cara berikut:
E. Solusi Multikolinieritas
Misalkan :
Y = Konsumsi,
X1 = Pendapatan
X2 = Tabungan
Informasi apriori, misalkan β2 = 0,10β1 sehingga Yi = β0+ β1 Xi1+ 0,10 β2 X2i + ei = β0 + β1 Xi +ei
dimana Xi = X1i + 0,10 X2i. Saat kita mendapatkan nilai β1 maka kita dapat mengestimasi β2 berdasarkan informasi apriori. Informasi apriori bisa berdasarkan studi empiris suatu teori atau hasil penelitian sebelumnya
2. Kombinasi Data
Menghubungkan data cross-sectional dan data time series (panel data).
3. Menghilangkan variabel
Mengeluarkan satu atau beberapa variabel independen. Namun dampaknya bisa lebih buruk dari pada masalah multikolinieritas itu sendiri, karena terjadi bias spesifikasi. Beberapa metode yg dapat digunakan: Principle Component Analysis, Factor Analysis,Stepwise Regression, Ridge Regression dan lain sebagainya.
4. Transformasi variabel
Transformasi variabel (melalui first differencing);
Transformasi rasio;
5. Penambahan Data
Dengan meningkatkan ukuran sampel jika varian dirumuskan sebagai:
Maka juga akan menigkat, sehingga memperkecil varian dan standart error. Sehingga estimasinya akan lebih tepat. Sebagai contoh:
Hasil awal mengandung multikolinieritas:
VIDEO PEMBELAJARAN PEMBAHASAN MATERI DI ATAS
- Gunawan Sumodiningrat, 2003, Ekonometrika, BPFE, Yogyakarta.
- Gujarati, D.N., 2007, Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid-1 dan Jilid-2, Terjemahan Julius A. Mulyadi; Penerbit Erlangga.Jakarta.
- Agus Widarjono, 2009, Ekonometrika : Pengantar dan Aplikasinya, Penerbit Ekonisia, Fakultas Ekonomi, UII, Yogyakarta.
- Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2002, Penggunaan Teknik Ekonometri. LPFE -UI. Jakarta.
0 Comments